PROFESI DAN PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Burhan Eko, Purwanto PROFESI DAN PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KARAKTER. In: Disajikan pada Orasi Ilmiah Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati FKIP UPS Tegal, 15 September 2011, FKIP Universitas Pancasakti Tegal. (Unpublished)

WarningThere is a more recent version of this item available.
[img] Text
Profesi Guru dlm Pend.Karakter (revisi)-converted.pdf

Download (144kB)

Abstract

Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan di setiap pembelajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pendidikan karakter juga harus menjadi perhatian kita. Salah satu faktor tersebut adalah guru. Sosok penting guru dalam pendidikan karakter tentu saja disebabkan oleh keberadaannya sebagai figur sentral dalam pendidikan. Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar, memiliki ruang untuk dikondisikan dan diarahkan, yaitu ruang kelas tempat ia dan peserta didiknya berinteraksi. Meski sekarang ini muncul acuan-acuan pembelajaran yang harus diikuti untuk memandu proses pendidikan dan pengajaran, tampaknya wewenang dan otoritas guru di dalam kelas masihlah sangat besar. Keberadaan otoritas inilah yang selalu menjadi penentu arah perkembangan karakter peserta didik. Ketika otoritas digunakan dengan sebaik-baiknya untuk bertindak maksimal dalam membuat tindakan kelas yang kondusif bagi perkembangan kedewasaan dan kecerdasan peserta didik, itu akan membuat peran guru benar-benar maksimal. Akan tetapi, jika otoritas itu disalahgunakan, kadang akan terjadi tindakan yang tidak kondusif bagi perkembangan peserta didik, dan bahkan akan membuat citra guru terpuruk – apalagi jika tindakan menyimpang tersebut terekspos ke media massa dan terpublikasikan ke masyarakat, sosok guru tersebut tibatiba menjadi bangkrut di mata orang lain. Kejadian semacam itu akhir-akhir ini tak jarang kita lihat, saat keterbukaan informasi mulai terjadi. Masih belum hilang dalam ingatan kita, kasus yang terjadi di sebuah SD di Tandes 2 Surabaya, misalnya, citra guru tercoreng oleh kasus ‘contek massal’ pada saat Ujian Nasional. Dalam kasus ini, guru memaksa murid terpandainya untuk menyebarkan jawaban kepada temantemannya dalam Ujian Nasional. Dalam hal ini, seakan guru tak mau lagi jujur, guru lebih suka memanipulasi keadaan daripada mengikuti aturan dan parameter kebenaran. Kasus-kasus lainnya banyak kita jumpai dalam penyalahgunaan wewenang, misalnya yang sering terjadi adalah melakukan kekerasan pada peserta didik. Tindakan-tindakan menyimpang semacam itu sebenarnya sering terjadi sejak muncul pendidikan di negeri ini. Hanya saja pada zaman dulu penyimpangan-penyimpangan semacam itu tidak terpublikasi karena belum ada keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Bahkan, sekarang ini juga masih ada penyimpangan-penyimpangan yang ditutup-tutupi dan akan disembunyikan dari media.

Item Type: Conference or Workshop Item (Speech)
Subjects: L Education > LC Special aspects of education
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Dr Burhan Eko Purwanto
Date Deposited: 19 Jan 2020 04:00
Last Modified: 19 Jan 2020 04:00
URI: http://repository.upstegal.ac.id/id/eprint/415

Available Versions of this Item

Actions (login required)

View Item View Item