Burhan Eko, Purwanto (2004) MAHASISWA BARU PERLU BIMBINGAN SEMUA UNSUR WARGA KAMPUS. Pancasakti Press. (Unpublished)
This is the latest version of this item.
Text
ARTIKEL MHS BARU.doc Download (27kB) |
Abstract
Seorang mahasiswa pergi kuliah! Suatu keberuntungan luar biasa, dikau adalah satu dalam seribu. Kau tahu, berapa puluh ribu kawanmu sebaya bergelimpang di gerbang masuk. Kau tahu betapa gelisah orang tuamu. Untuk bisa masuk perguruan tinggi, pegangan apa yang bisa diandalkan? Tentulah prestasi. Prestasi apa? Tentulah prestasi belajar. Alangkah bagusnya jika penerimaan mahasiswa baru itu berdasarkan suatu ukuran, misalnya prestasi belajar. Siapa yang berprestasi dapat masuk sesuai dengan tempat yang tersedia. Bulan ini, pada umumnya para mahasiswa-baru mulai kuliah. Ada semacam kebanggaan terpancar dari setiap individu “adik-adik baru” ini. Betapa tidak, mereka merupakan sekelompok kecil dari generasi muda tamatan SLTA, yang sempat lolos dari lobang jarum dalam bergulat merebut “tiket” memasuki dunia Perguruan Tinggi. Mereka adalah sebagian kecil saja dari para peserta tes masuk perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang berhasil menyandang predikat “mahasiswa”. Namun demikian, kebahagiaan “awal” ini hendaknya tidak cepat memukau mereka untuk menjadi pasif. Jalan yang mesti ditempuh masih panjang, penuh liku-liku, dan mungkin akan melalui batu terjal yang mesti dihadang diterjang. Apalagi bila diingat dunia perguruan tinggi akan sangat jauh berbeda dengan dunia sekolah lanjutan yang baru saja dilewatinya. Dengan demikian, bagi mereka memasuki perguruan tinggi berarti memasuki “dunia baru”. Suatu dunia yang pasti akan lain dengan kehidupan dan lingkungan sebelumnya. Justru karena latar belakang itulah, setiap perguruan tinggi dalam hari-hari pertama penerimaan mahasiswa baru, memulai kegiatannya dengan “Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus” {OPSPEK) bagi para mahasiswa baru. Semata-mata agar para warga baru tidak melolong meraba-raba dalam menempuh program studi yang mesti dilaluinya di perguruan tinggi yang konon penuh “kompetisi” itu. Diadakanlah pelbagai acara, mulai dari pengenalan lingkungan kampus, pengenalan program studi, penganalan organisasi kemahasiswaan dan unit-unit kegiatan mahasiswa, pelbagai ceramah pendidikan, serta “bumbu-bumbu” lain yang seolah sudah mentradisi yaitu “sentilan” hangat dari kakak-kakak mahasiswa lama berupa “dagelan” dan “gertakan” ringan yang terkadang membuat lucu. Menghindari Kesan Meniti “Sendirian” Masyarakat Barat menyatakan “A good start, half has been done” --- Suatu permulaan yang baik, berarti setengah perjalanan telah dilampauinya. Ungkapan ini kiranya tepat pula diterapkan bagi kehidupan para mahasiswa baru di perguruan tinggi, bahwa dengan langkah awal yang baik, berupa orientasi terhadap sisi-sisi yang mesti dilaluinya berarti sebagian perjalanan telah ditempuhnya. Menyadari hal itu, hendaknya bimbingan dini bagi para mahasiswa baru tidak berhenti setelah Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) usai. Bimbingan terhadap para mahasiswa baru hendaknya berlanjut terus kendati perkuliahan telah mulai berjalan. Baik dilakukan oleh para dosen, melalui program bimbingan studinya, maupun oleh para mahasiswa lama dengan program kerja kelompok dan kelompok belajarnya. Melalui bimbingan tersebut, secara langsung para mahasiswa-baru mulai dibawa kepada kehidupan “baru”, bahwa pertanggungjawaban terhadap masa depan mulai dipertaruhkan. Mereka disadarkan bahwa tugas pokok memasuki perguruan tinggi adalah “belajar”. Menuntut ilmu dengan segala dinamika dan roda perkembangannya yang tak pernah henti. Akan merupakan suatu tindakan yang amat terpuji, apabila para mahasiswa baru diberikan bimbingan “ekstra” berupa bimbingan khusus tentang cara belajar yang baik, menelusuri sebuah informasi dari literatur yang ada di perpustakaan, serta bimbingan belajar lainnya. Bimbingan tersebut bermisikan agar para mahasiswa baru tidak dipersilakan meniti “sendirian” dalam disiplin ilmu yang dipilihnya setelah Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus usai. Sebab berjalan sendirian dalam dunia dan kehidupan yang serba baru, tidak mustahil mereka akan jatuh terperosok dalam suasana ketidaktentuan yang membuahkan semakin jauhnya cita-cita yang mesti diraihnya. Bila ini terjadi berarti seruling dewa “drop out” yang menyeramkan kembali berdengung di kampus perguruan tinggi.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | Dr Burhan Eko Purwanto |
Date Deposited: | 16 Jan 2020 01:45 |
Last Modified: | 17 Jan 2023 01:51 |
URI: | http://repository.upstegal.ac.id/id/eprint/378 |
Available Versions of this Item
-
MAHASISWA BARU PERLU BIMBINGAN SEMUA UNSUR WARGA KAMPUS. (deposited 08 Oct 2019 04:24)
- MAHASISWA BARU PERLU BIMBINGAN SEMUA UNSUR WARGA KAMPUS. (deposited 16 Jan 2020 01:45) [Currently Displayed]
Actions (login required)
View Item |